PENGATUR LALU LINTAS
LIAR MEWABAH
Ibarat jamur yang tumbuh di musim hujan, tumbuh subur dimana
mana, pepatah ini mungkin cocok bila dianalogikan dengan pengatur lalu lintas
liar atau cepek’an (sekarang disebut Gopek’an).
Ketika anda keluar
rumah menuju ke pertigaan/perempatan, anda tidak sulit menemukan pangatur lalu
lintas tanpa seragam ini, bila memang yang diatur itulalu lintasnya bisa lancar
mulancar, mungkin kita ngasih apresiasi kepada mereka. Namun hal itu jarang terjadi,
biasanya sebaiknya keruwetan lalu lintas bisa saja terjadi.
Bisa jadi gopek’an
ini harus dibekali dulu dengan ilmu pengatur lalu lintas bukan ilmu nekat yang
dibekali. Anehnya, diperempatan/pertigaan, atau di pintu keluar masuk
komplek/perkampungan, gopek an ini selalu siaga walaupun tempat itu tidak
terlalu ramai dan sepi sepi saja, yang
artinya tanpa kehadiran merekapun lalu lintasnya lancar lancar saja.
Namun ada sebagian walaupun tidak banyak jumlahnya ,
gopek”an ini memang dibutuhkan, karena memang mereka sangat membantu lalu
lintas menjadi lancar dan bisa mengurai kemacetan yang ada, mereka tidak pilih
kasih, bukan pemberi uang yang di dahulukan.
Bila anda sering menggunakan jalan raya dari BSD ke Alam
sutra dan sebaliknya, yang dulunya jalan raya ini bersih dari GOPEKAN sekarang malah banyak yang terkesan melebihi jumlah
petugas aslinya. pemandangan itu sering terlihat disaat saat petugas tidak ada
di lokasi, mereka memanfaatkan waktu waktu diluar jam berangkat kerja atau jam
pulang kerja.
Padahal di jalan raya yang mengubungkan Tangsel dan kota
Tangerang ini dan sebaliknya nya ini,di luar jam kerjapun lalu lintasnya masih
ramai dan padat, apalagi pada saat waktu weekend tiba, pada waktu tengah
malampun pengguna lalu lintas masih terlihat ramai. Disaat saat itulah gopek an
ini mulai melakukan aktifitasnya, ditikungan tikungan putar balik disepanjang
jalan tersebut.
Dengan gagah beraninya satu orang pasang badan menyetop
mobil yang melintas, yang satunya lagi mengatur mobil yang mau putar balik agar
jalan terus dan yang yang lainnya bertugas mengambil uang, di jalan ini
biasanya terlihat 2 orang lebih, terlihat di titik titik yang ada jalan putar
baliknya.
Mungkin petugas aslinya memikli keterbatasan SDM, sehingga pada
jam jam sibuk saja mereka turun terlihat mengatur lalu lintas, waktu waktu yang
tidak ada petugas itulah yang dimanfaatkan oleh gopek an ini, mereka memang liar alias tidak dibayar resmi,
walhasil mereka berharap iklas uang dari pengguna mobil yang melintas, tidak
banyak dan tidak menguras kocek anda cukup 500 rupiah atau Gopek saja mereka
sudah siap pasang badan menyetop mobil yang datang dari arah yang berlawanan, dengan pemberian
uang recehan anda sudah dipersilahkan jalan terus.
Yang menjadi permasalahan adalah, ketika gopek an ini
beraksi kemacetan panjang sudah mulai terlihat padat, antrean itu menunggu aba
aba karena salah satu dari mereka berdiri pas didepan mobil, mau gak mau
pengguna mobil yang paling depan pasrah,
menunggu dengan gak sabar agar sang gopekan tersebut minggir. Dan
pastinya mobil yang dibelakang mengular panjang menunggu agar mobil depan
jalan, sementara mobil yang berlawanan arah yang akan putar arah jalan terus, nah,.. sang gopek an
terlalu asyik/sibuk menerima dan menggengam
uang pemberian pengguna jalan, mungkin lupa jalan yang diatur dari arah
yang berlawan sudah macet alias sudah parkir dijalan.
Sebagai pengguna jalan yang sering melintas di kawasan BSD
dan Tangerang ini, kehadiran Gopek an mungkin saja dianggap sebagai salah satu biang
kemacetan, karena maklum mereka mengutamakan pengguna mobil pemberi uang. Kalau saja mereka diberikan
pengarahan atau pendidikan kilat oleh pihak
yang terkait, misalkan mengenai strategi pengaturan lalu lintas dll..wow
bisa jadi gopek an ini sangat membantu kelancaran lalu lintas di manapun itu,
karena jumlahnya mereka banyak sekali sedangkan petugas resminya jumlahnya
sangat terbatas.
Tapi yang menjadi pertanyaan ? Mungkinkah itu??
0 comments:
Post a Comment